Thursday 12 June 2014

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN DENGAN JUDUL : “ Gambaran pola makan terhadap kejadian obesitas pada masyarakat di Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba pada Tahun 2014 “


Bismillah..
Sobat Mailjie88 dimana pun kalian berada, smoga kalian baik baik saja yaa,,
pada kesempatan kali ini kami akan membagikan sebuah tulisan tentang tugas Membuat contoh proposal penelitian yang pernah kami buat...
CONTOH PROPOSAL PENELITIAN DENGAN JUDUL : “ Gambaran pola makan terhadap kejadian obesitas pada masyarakat di Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba pada Tahun 2014 “
selamat membaca semoga bermanfaat yaa...


BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh yang mempunyai fungsi sebagai energi, sebagai penyekat panas, penyerap goncangan dan fungsi lainnya.Rata- rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria.Perbandingan normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25- 30 % pada wanita dan 18-23 % pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30 % dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25 % dianggap mengalami obesitas (Proverawati, 2010 ).
Masalah overweight dan obesitas meningkat dengan cepat dI berbagai belahan dunia menuju proporsi epidemik. Hal tersebut disebabkan peningkatan diet yang tinggi lemak dan gula, disertai penurunan aktivitas fisik. di Negara maju, obesitas telah menjadi epidemik dengan memberikan kontribusi sebesar 35 % terhadap angka kesakitan dan memberikan kontribusi sebesar 15-20 % terhadap kematian. Berbagai laporan terkini mengindikasikan bahwa prevalensi obesitas diseluruh dunia baik di Negara berkembang maupun Negara yang  sedang berkembang telah meningkat dalam jumlah yang mengkhawatirkan. Hal tersebut dapat mengakibatkan  masalah kesehatan yang serius karena obesitas dapat memicu kelainan kariovaskuler, ginjal, metabolic, prototombik, dan respon inflamasi (Arundhana, 2010 )
Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan epidemi global, sehingga obesitas sudah menjadi masalah  kesehatan yang harus segera ditangani ( Hidayati, dkk 2006 ).
Kegemukan adalah salah satu dari penyebab kematian yang dapat dicegah utama di dunia. Data prevalensi obesitasi Amerika Serikat menunjukkan bahwa 50 % orang dewasa dan 25 % anak-anak AS menderita berat badan lebih dan obesitas menggunakan patokan BMI ≥30, presentase yang sangat tinggi menyebabkan epidemic penyakit kronis. Apabila percepatan penyakit obesitas berlanjut seperti  sekarang kemungkinan sebagian besar populasi di Amerika Serikat menderita obesitas ( Soegih, 2009 hal 2 ).
Himpunan studi obesitas indonesia memeriksa lebih dari 6000 orang dari hampir seluruh provinsi dan didapatkan angka obesitas dengan Indeks Massa Tubuh ( IMT ) > 30 kg/m2 pada laki-laki sebesar 9,16% dan pada perempuan 11,02 %. Apabila tren ini berjalan terus seperti sekarang ini, maka pada tahun 2015 tidak mustahil penduduk Indonesia akan menyandang gelar “ obesogenik “ terutama dinegara urban (Soegih. 2009 )
Perubahan gaya hidup yang menjurus ke westernisasi dan pola hidup kurang gerak ( sedentary life styles ) sering ditemukan di kota-kota besar di Indonesia. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan pola makan masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, lemak, dan kolesterol, terutama makanan siap saji ( fast food ) yang berdampak meningkatkan obesitas ( Hidayati, dkk 2006 ).
Di provinsi Sulawesi Selatan, Bulukumba (20,9 % ) merupakan urutan ke enam terbesar kabupaten setelah Pinrang ( 22,5 % ), Selayar ( 21,2 % ), Luwu Timur ( 20,4 % ) dan Jeneponto ( 22,5 % ) Serta kota Makassar  ( 23,8 % ) dan kota Pare-pare ( 23,9 % ) yang memiliki prevalensi obesitas umum  tertinggi dari angka nasional ( 18,8 % ) ( Riskendes, 2007 ) . Dari hasil sensus penduduk tahun 2013 menunjukkan bahwa kecamatan Bonto bahari memiliki 36.877 jumlah jiwa penduduk baik laki-laki maupun perempuan. Dan menurut pengamatan bahwa angka kegemukan di kecamatan Bonto Bahari mencapai 5 % . Dimana penghasilan di Bonto Bahari lebih dominan adalah pertaniaan ( 40 % ), dibanding nelayan ( 30 % ) dan pengusaha/PNS ( 30 % ) dan makanan pokok daerah sana adalah beras ( Profil Data Riset kecamatan Bonto Bahari, 2014 ).
Berdasarkan hasil penelitian observasi dan wawancara pada salah satu warga penderita obesitas di kecamatan bonto bahari kabupaten bulukumba yaitu Ny “ H ” mengatakan bahwa dia merasa menderita dan tidak nyaman dengan kondisinya saat ini, geraknya lamban dan tidak gesit, sedangkan kehidupan sekarang yang sudah modern menuntut serba cepat.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang “ gambaran pola makan terhadap kejadian obesitas pada masyarakat di Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba pada Tahun 2014 “.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pola makan terhadap kejadian obesitas pada masyarakat di kecamatan bonto bahari kabupaten bulukumba ?
C. Tujuan Penelitian.
1.    Tujuan umum.
Untuk mengetahui gambaran pola makan terhadap kejadian obesitas ?
2.  Tujuan khusus.
a.    Untuk mengetahui hubungan frekuensi makan dengan kejadian obesitas ?
b.    Untuk mengetahui hubungan jenis makanan dengan kejadian obesitas ?
c.    Untuk mengetahui hubungan kebiasaan makan dengan kejadian obesitas ?
D. Manfaat Penelitian.
1.  Bagi Ilmiah.
Hasil peneliti diharapkan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan merupakan bahan acuan dan bacaan bagi peneliti berikutnya.
2.  Bagi institusi.
Sebagai bahan masukan atau sumber informasi bagi depkes dan institusi terkait lainnya dalam rangka menentukan kebijaksanaan untuk mencegah dan penanganan obesitas pada masyarakat.
3.  Bagi peneliti.
Merupakan pengalam yang berharga bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu dan menambahkan wawasan mengenai obesitas pada masyarakat.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Tinjauan Umum Tentang Obesitas.
1.  Pengertian Obesitas
Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk ( obese ) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose secara berlebihan. Jadi obesitas adalah keadaan dimana seseorang memiliki berat badan yang lebih berat dibandingkan berat badan idealnya yang disebabkan terjadinya penumpukan lemak tubuhnya. Sedangkan berat badan berlebih ( overweight ) adalah kelebihan berat badan termasuk dialamnya otot, tulang, lemak, dan air (Proverawati, 2010 )
Obesitas adalah kondisi kronis di mana terdapat jumlah lemak tubuh berlebihan. Sejumlah tertentu lemak tubuh diperlukan untuk menyimpan energi, menginsulasi panas, meredam goncangan, dan fungsi lainnya. Jumlah normal lemak tubuh (dinyatakan sebagai persentase persentase lemak tubuh) adalah antara 25% -30% pada wanita dan 18% -23% pada pria. Wanita dan pria yang memiliki lemak tubuh masing-masing lebih dari 30% dan 25% dianggap mengalami obesitas ( Kamus kesehatan obesitas, 2014 )
obesitas merupakan dampak ketidakseimbangan energi  asupan jauh melampaui energi dalam jangka waktu tertentu. Banyak sekali faktor yang menunjang kelebihan ini. Namun, dapat disederhanakan menjadi dua hal, yaitu : Terlalu banyak makan dan dibarengi terlalu sedikit bergerak. Diet kini makin terbukti sebagai kontributor utama obesitas pada khususnya dan gangguan kesehatan menahun pada umumnya ( Arisman, 2011 ).
Terdapat beberapa istilah yang perlu diketahui, yaitu obesitas, overweight, dan obesitas sentral. Obesitas adalah peningkatan lemak tubuh ( body fat ). Cara pengukurannya akan diterangkan kemudian. Overweight adalah peningkatan berat badan relative apabila dibandingkan terhadap standar. Overweight kemudian menjadi istilah yang mewakili “ obesitas “ baik secara klinis ataupun epivemologis. Sedangkan obesitas sentral adalah peningkatan lemak tubuh yang lokasinya lebih banyak didaerah abdominal dari pada diaerah pinggul, paha, ataupun lengan. Penentuan abdominal obesitas sentral ini penting karena berhubungan dengan adanya resistensi insulin yang merupakan dasar terjainya sindrom metabolic.
Obesitas penyebabnya multifaktorial, dan berbagai penemuan terbaru yang berkaitan dengan penyebab obesitas menyebabkan pathogenesis obesitas terus berkembang. Terjadinya obesitas secara umum berkaitan dengan keseimbangan energi di dalam tubuh. Keseimbangan energy ditentukan oleh asupan energi yang berasal dari zat gizi penghasil energi yaitu karbohirat, lemak, protein serta kebutuhan energy yang ditentukan oleh kebutuhan energi basal, aktifitas fisik, dan thermic effect of food ( TEF ) yaitu energy yang diperlukan untuk mengolah zat gizi menjadi energy.

                 Keseimbangan energi di dalam tubuh dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari dalam tubuh yaitu regulasi fisiologis dan metabolisme ataupun dari luar tubuh yang berkaitan dengan gaya hidup ( lingkungan ) yang akan mempengaruhi kebiasaan makan dan aktivitas fisik. Regulasi fisiologis dan metabolisme dipengaruhi oleh genetik dan juga lingkungan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa obesitas ( peningkatan lemak tubuh ) ± 70 % dipengaruhi oleh lingkungan dan ±30 % oleh genetik (Nugraha, dkk. 2009 ).
Obesitas bukan hanya tidak enak dipandang mata, namun merupakan dilema kesehatan yang mengerikan. Obesitas secara langsung membahayakan kesehatan seseorang ( Proverawati, 2010 ). Obesitas merupakan faktor risiko untuk terjadinya berbagai penyakit seperti diabetes Melitus ( dM ), batu empedu, penyakit kardiovaskuler  ( PKV ), hipertensi, osteoarthritis, dan kanker. Tingginya prevalensi obesitas akan berkaitan dengan tingginya resiko untuk mendapatkan berbagai penyakit tersebut. (Nugraha, dkk. 2009 ) .
2.  Gejala Obesitas.
Obesitas umumnya akan menunjukkan sejumlah gejala gangguan. Oleh timbunan lemak yang sering terjadi adalah gangguan sesak nafas. Hal ini umumnya disebabkan oleh timbunan lemak berlebihan dibawah diafragma dan didalam dinding dada yang bias menekan paru-paru. Gangguan sesak nafas bahkan terjadi meski penderita hanya melakukan aktivitas ringan.
Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk. Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.           
Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki ( Ivanto, 2010 )
obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu :
a.    Obesitas ringan         : kelebihan berat badan 20-40 %.
b.    Obesitas sedang       : kelebihan berat badan 41-100 %.
c.    Obesitas berat            : kelebihan berat badan > 100 %.
Obesitas berat ditemukan sebanyak 5 % dari antara orang-orang yang gemuk.
3.  Pencegahan obesitas.
Untuk penanganan kegemukan berbeda-beda oleh setiap orang. Adapun beberapa penanganan program pengendalian berat badan adalah sebagai berikut :
a.    Monitor diri sendiri
Tanamkan dalam diri untuk selalu hidup sehat dan makan sesuai kebutuhan tubuh secara teratur.
b.    Modifikasi perilaku untuk mempromosikan penurunan atau mempertahankan berat badan.
c.    Biasakan makan dengan gizi yang seimbang
d.    Perlunya pendidikan tentang pola makan sehat.
Dasar untuk membiasakan  pola makan dengan gizi seimbang adalah pendidikan. Nilai pendidikan ini ialah mengubah paradigma dan budaya makan yang semula tidak sehat menuju pola dan budaya makan yang sehat ( Hidayah, 2011 ) .
e.    Hindari banyak makan makanan yang tinggi lemak.
f.     Olahraga secara teratur sehingga lemak dalam tubuh terbakar yang keluar bersama keringat.
4.  Pengukuran Obesitas.
Untuk mengetahui adanya obesitas, ada beberapa cara yang dilakukan untuk menilai berat badan yaitu sebagai berikut :
a.    Standar Harvard
Standar Harvard atau baku Harvard merupakan standar yang dibuat berdasarkan perhitungan yang sangat sulit yang sangat teliti sehingga diperoleh beberapa kategori berat badan seperti sehat, ideal, maupun gemuk sehat.
b.    Standar Metropolitan Life Insurance Company.
Standar ini dilakukan untuk mengetahui berat badan sehat dalam menentukan status gizi dan kesehatan. Standar ini dapat dipakai untuk mengetahui berat badan ideal orang dewasa diatas 25 tahun, baik pria maupun pria. Seseorang dikatakan gemuk bila berat badannya lebih dari 10 % berat badan maksimal ( angka terbesar ).
c.    Pengukuran Lipatan lemak bawah kulit.
Metode pengukuran lipatan lemak bawah kulit memerlukan keterampilan dan alat ukur khusus sehingga hal ini biasanya dilakukan oleh seorang ahli. Penilaian kegemukan dilakukan dengaan cara mengukur ketebalan lemak dibawah kulit yang terletak dibagian belakang lengan atas ( triceps ). Dikatakan kegemukan bila ketebalan lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita.
d.    Indeks Massa Tubuh ( IMT ).
IMT atau BMT ( body Massa Indeks ) merupakan suatu pengukuran dengan menghubungkan atau membandingkan antara berat badan dengan tinggi badan ( Proverawati, 2010 ).
Indeks Massa Tubuh ( kg/m²) didapatkan dengan cara sebagai berikut :
         IMT ( Indeks Massa Tubuh ) =
Dibawah ini tabel klasifikasi berat badan berdasarkan Indeks Massa Tubuh ( IMT ) untuk orang dewasa :
KLASIFIKASI
IMT ( kg/m² )
Berat badan kurang
< 18,5
Berat badan normal
18,50-22,9
Berat badan lebih
≥ 23
Beresiko ( pra obese )
23 – 24,9
Obese I
25 – 29,9
Obese II
≥ 30
( Fitriyani, 2009 ).


e.    Pengukuran Lingkar Perut.
Pengukuran lingkar perut paling tepat untuk menetukan obesitas sentral. Pinggang diukur pada titik tersempit, sedangkan pinggul diukur pada titik yang terlebar. Kemudian, ukuran pinggang dibagi dengan ukuran pinggul.
Gemuk pada pria pada umumnya seperti apel ( android ). Lemak banyak disimpan didaerah pinggang dan rongga perut. Sedangkan wanita menyerupai buah pir ( gynecoid ), dimana penumpukan lemak terjadi didaerah bawah tubuh, seperti pinggul, pantat, dan paha.
Gemuk yang berbentuk apel lebih berbahaya dibandingkan gemuk yang berbentuk pir. Yang berbahaya adalah timbunan lemak di dalam rongga perut, yang disebut obesitas sentral. Obesitas sentral lebih sering dikaitkan dengan komplikasi metabolic dan pembuluh darah ( kardiavaskuler ), sehingga Nampak pengukuran lingkar pinggang lebih member arti dibandingkan bila menggunakan indeks massa tubuh ( IMT ). Adanya timbunan lemak di perut tercermin dari meningkatnya lingkar perut ( Proverawati, 2010 ).
B.  Tinjauan Umum Tentang Pola Makan Terhadap Kejadian Obesitas.
Terjadinya obesitas merupakan dampak dari terjadinya kelebihan asupan energy ( energy intake ) dibandingkan dengan yang diperlukan ( energy expenditure ) oleh tubuh sehingga kelebihan asupan energy tersebut disimpan dalam bentuk lemak. Makanan merupakan sumber dari asupan energy. Di dalam makanan yang akan diubah menjadi energy adalah zat gizi penghasil energy yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Apabila asupan karbohidrat, protein, dan lemak berlebih, makan karbohidrat akan disimpan sebagai glikogen dalam jumlah terbatas dan sisanya lemak., protein akan dibentuk sebagai protein tubuh dan sisanya lemak, sedangkan lemak akan disimpan sebagai lemak. Tubuh memiliki kemampuan menyimpan lemak yang tidak terbatas.
Factor-faktor yang berpengaruh dari asupan makanan terhadap terjadinya obesitas adalah kuantitas, porsi perkali makan, kepadatan energy dari makanan yang dimakan, kebiasaan makan ( contohnya kebiasaan makan pada malam hari ), frekuensi makan, dan jenis makanan ( Nugraha, 2009 )
Obesitas terjadi disebabkan banyak faktor. Faktor utamanya adalah ketiakseimbangan asupan energy dengan keluarnya energi. Di  Indonesia, akibat dari perkembangan teknologi dan social ekonomi terjadi perubahan pola makan dari pola tradisional ke pola makan ala barat seperti fast food yang banyak mengandung lemak, kalori, dan karbohirat.
Berasarkan data market size beberapa sector industri di indonesia ( SWA 01/ 111/FEBRUARI 2008 ) pada tahun 2008 pertumbuhan industri makanan di indonesia mencapai 19,4 % hal ini mengindikasikan  bahwa konsumen makanan fast food semakin meningkat setiap tahunnya. Dari data survey ACNielsen online customer  tahun 2007 mendapatkan hasil bahwa 28 % masyarakat indonesia mengkonsumsi fast food minimal satu kali seminggu 33 % diantaranya mengkonsumsi saat makan siang.  Tidak mengherankan jika Indonesia menjai Negara ke 10 yang paling banyak masyarakatnya mengkonsumsi makanan fast food ( Dwi A, 2012 )
 Pola makan terdiri atas :
1.    Frekuensi makan
Ukuran atau porsi makan yang terlalu berlebihan juga dapat memiliki banyak kalori dalam jumlah banyak dibandingkan dengan apa yang dianjurkan untuk orang normal untuk konsumsi sehari-harinya. ( Proverawati, 2010).
Pola makan yang tidak terkendali biasa menyebabkan lambung, usus, dan system percernaan setiap saat berada dalam kondisi tegang. Selain itu, berbagai macam organ tubuh pun menjadi sulit dirawat atau bahkan tidak terawat karena kelebihan beban dan muatan. Makanan yang berlebihan inilah yang akan merusak tubuh dan otak.
Hasil penelitian ilmu gizi menemukan bahwa setelah makan berlebih, zat yang disebut “ factor pertumbuhan tunas sel serat “dalam otak akan bertambah banyak. Jika makan berlebihan berlangsung lama, pasti dapat menyebabkan arteriosclerosis ( pergeseran pembuluh nadi ), serta muncul gejala penurunan inteligensi dan penuaan dini pada otak. Selain itu, kekenyangan dalam jangka lama juga bias menimbulkan penyakit lambung ( Hidayah, 2011 )
Jumlah atau porsi merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang dikonsumsi setiap kali makan. Dalam mengkonsumsi makanan haruslah seimbang dengan kebutuhan remaja/dewasa yang di sesuaikan dengan umur. Frekuensi yang telah di standarkan oleh Depkes dimana anjurkan makan satu hari untuk rata-rata remaja/dewasa secara umum orang Indonesia dengan energy 2550 kkl dan protein 60 bagi laki-laki dan bagi perempuan energy 1900 dan proteinnya 50 ( Budi, 2012 )
2.    Jenis makanan
Banyak opini yang berkembang di masyarakat mengenai keyakinan yang dianut dalam pemilihan jenis makanan seperti asumsi bahwa nasi menggemukkan sehingga menghindari makan utama tapi memilih lebih banyak makan makanan kecil karena rasanya enak, padahal sebagian besar makanan kecil tersebut umumnya tinggi kandungan lemak atau karbohidrat sederhana dan mempunyai densitas energy yang tinggi sehingga jumlah kalori yang masuk dapat lebih besar, dengan kandungan protein dan serat yang rendah (Fatimah, 2009 ).
Pemilihan makanan juga penting diperhatikan, makanan dan minuman yang meningkatkan selera umumnya memiliki densitas energi cukup tinggi, seperti makanan selingan yang dianggap sebagian orang bukan makan dan tidak diperhitungkan member sumbangan besar terhadap kegagalan program diet. Pemilihan makanan selingan yang rendah kalori dan tinggi serat akan membantu mengendalikan selera makan, mengontrol respon radikal bebas yang umumnya diproduksi lebih tinggi akibat pembakaran energy. Kedisiplinan makan pada makanan utama hendaknya tidak dilakukan secara drastic, tetapi penurunan energy bertahap (Fatimah, 2009 ).
Makanan cepat saji cenderung mengandung sedikit serat, tetapi tinggi gula, sehingga kadar gula darah akan naik dengan cepat ( Proverawati, 2010 ). Pada umunya, ketika makan, sebagian orang hanya mementingkan rasa makanan dan tidak memperhatikan keseimbangan gizinya. Akibatnya , makanan yang dikonsumsi menyebabkan berbagai penyakit
Menururut Teo dan Im ( 2009 ), tidak semua makanan yang baik itu cocok bagi semua orang. Sebab, hal ini tergantung pada keadaan jasmani seseorang.mengenai itu, perlu diketahui, system darah tidaklah statis dan mudah berubah-ubah dari hari ke hari tergantung jenis makanan yang dikonsumsi.
3.    Kebiasaan Makan
Penderita obesitas cenderung lebih responsive bila dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal, terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau waktunya untuk makan. Penderita obesitas cenderung makan bila ia merasa ingin makan, bukan pada saat ia lapar. Pola makan berlebih akan menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari kondisi kegemukan atau obesitas, hal ini disebabkan mereka tidak memiliki control diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan mereka.
Obesitas terjadi karena ketiakseimbangan antara jumlah makanan yang masuk dan keluar, serta kurang mengoptimalkan energi yang tersedia. Pola makan makanan cepat saji juga dapat mempercepat tingkat obesitas. Penelitian membuktikan bahwa orang yang makan direstoran cepat saji secara teratur atau lebih dari dua kali dalam satu minggu memiliki perbedaan bermakna antara empat sampai lima kilogram berat badannya bila dibandingkan dengan orang-orang yang tidak makan di restoran cepat saji.
Makanan cepat saji seperti burger, ayam goreng, dan kentang goreng dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas secara cepat, hal ini disebabkan jenis-jenis makanan tersebut mengandung tinggi lemak, garam, dan juga kalori secara keseluruhan ( Proverawati, 2010)
Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). . Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari. . Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas ( Taufan, 2012 ).

C. KERANGKA KONSEP
Obesitas di Indonesia sudah mulai dirasakan sebagai masalah nasional dengan semakin tinggi angka kejadiannya. Hal ini secara sederhana terjadi karena konsumsi energy yang berlebihan an tidak disertai dengan aktivitas fisik yang seimbang, sehingga terjadi kelebihan kalori yang disimpan sebagai cadangan lemak dan jaringan adipose. ( www.obesitas.web.id.com ).
Penyebab lainnya adalah gaya hidup dan konsumsi makanan  ( kebiasaan makan ). Selain itu variabel  yang menjadi gambaran pola makan terhadap kejadian obesitas  yang terkait adalah  frekuensi makan, jenis makanan, dan kebiasaan makan.
Adapun gambaran kerangka konsep penelitian dapat dilihat pada bagan berikut ini :
Variable Independen                                          variabel dependen

D. HIPOTESIS.
Dari kerangka konsep penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut :
1.  Ada hubungan frekuensi makan dengan kejadian obesitas pada perempuan dan laki-laki.
2.  Ada hubungan jenis makanan vengan kejadian obesitas pada perempuan dan laki-laki.
3.  Ada hubungan kebiasaan makan dengan kejadian obesitas.
E.  Definisi Operasional.
Untuk memudahkan dalam menganalisis masing-masing variabel, maka perlu dilakukan defenisi operasional variabel independen yaitu :
1.  Obesitas.
Terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan pada responden yang dinilai dengan indikator berat badan dan tinggi badan berdasarkan Indeks Massa Tubuh ( IMT ).
Kriteria objektif  :
Ya          : Jika indeks massa tubuh ≥ 25
Tidak     : Jika indeks massa tubuh < 25
2.  Pola makan.
Pola makan dalam penelitian ini adalah jenis ( kelompok makanan ), kebiasaan makan, dan frekuensi makanan yang dikonsumsi oleh responden setiap hari yaitu makanan yang mengandung lemak tinggi, pengawet, penyedap, dan kolesterol.
Kriteria objektif :
Ya          : Jika pola makan tidak teratur
Tidak     : Jika pola makan teratur.
3.  Frekuensi makan
Ukuran (jumlah makan ) atau porsi makan yang dikonsumsi sehari-hari oleh responden.jumlah waktu makan dalam sehari, meliputi makanan lengkap ( full meat) dan makanan selingan (snack). Makanan lengkap biasanya diberikan tiga kali sehari (makan pagi, makan siang dan makan malam),sedangkan makanan selingan biasa diberikan antara makan pagi dan makan siang, antara makan siang dan makan malam ataupun setelah makan malam. Frekuensi makan di suatu institusi berkisar antara tiga hingga enam kali sehari tergantung dari biayaan tenaga kerja yang tersedia. Waktu makan terdiri dari makan pagi, selingan pagi, makan siang, selingan, makan malam serta selingan malam.
Kriteria objektif :
Ya          : jika frekuensi makan banyak ( > 3 kali sehari ).
Tidak     : jika frekuensi makan sedikit ( < 3 kali sehari ).
4.  Jenis makanan
pengkategorian makanan berdasarkan pada hitungan kalori,  waktu makan dan cara pengolahan (masak). Makanan terbagi atas 2 jenis yaitu makanan ringan yaitu makanan yang dimakan sebagai selingan dan makan utama yang memenuhi kebutuhan kalori tubuh sehari-hari. Makanan ringan atau snack adalah makanan yang dikonsumsi untuk selingan di sela-sela makan utama. Makanan utama terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk hewani dan nabati, sayur dan buah, dan minuman. Sedangkan makanan ringan atau snack terdiri dari snack basah dan snak kering maupun yang berkuah.
Kriteria objektif :
Ya                     : jika jenis makanan mengandung lemak tinggi dan sering makan makanan ringan / selingan ( snack ).
Tidak                             : jika jenis makanan tidak mengandung lemak tinggi dan tidak sering makan makanan ringan / selingan ( snack ).
5.  Kebiasaan makan.
Kebiasaan yang dilakukan oleh responden pada saat makan. Kebiasaan makan lebih personal dan terbentuk berdasarkan selera dan ketersediaan makanan di tingkat rumah tangga.
Kriteria Objektif :
Ya          : Jika kebiasaan makan tidak teratur.
Tidak     : Jika kebiasaan makan teratur.




BAB III
METODE PENELITIAN
A.  Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan ialah observasional dengan rancangan deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pola makan dengan kejadian obesitas pada masyarakat di kecamatan bonto bahari kabupaten bulukumba pada tahun 2014.
B. Waktu dan tempat penelitian
1.  Waktu.
Penelitian dilakukan pada bulan mei sampai dengan juni 2104.
2.  Tempat penelitian.
Penelitilian ini dilakukan di kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba.
C. Populasi dan sampel
1.  Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah warga yang obesitas di kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba.
2.  Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah warga yang obesitas di kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 30 orang dengan menggunakan purposive sampling, yaitu dengan memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang dikenal sebelumnya. Adapun kriteria sampel penelitian  sebagai berikut :
a. Kriteria inskluasi
1). warga yang bersedia untuk diteliti.
2). warga yang dapat diajak berkomunikasi.
3). warga yang sehat jasmani dan rohani.
b. Kriteria eksklusi
1). warga yang tidak bersedia untuk diteliti.
2). warga yang tidak dapat diajak berkomunikasi.
3). warga yang tidak sehat jasmani dan rohani.
3. cara pengambilan sampel.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yakni dengan cara keseluruhan tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi.
D. Pengumpulan data
1.  Cara pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pemberian kuesioner yang dibuat oleh peneliti.
2.  Instrument pengumpulan data
Instrument adalah alat pengukur data yang digunakan penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian kuesioner skala guttman yang ada pada kuesioner peneliti, yakni skala pengukuran dengan jawaban ya atau tidak.
3.  Jenis dan sumber data.
a.  Data Primer
Adalah data-data yang diperoleh langsung dari masyarakat yang mengalami obesitas dengan menggunakan lembar kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti.
b.  Data Sekunder.
Data yang diperoleh dari dokumen-dokumen seperti buku, catatan-catatan yang sifatnya tertulis yang dapat menunjang proses penelitian yang diperoleh dari bagian yang terkait dengan penelitian.
E.  Pengolahan data
Prosedur pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1.  Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa kelengkapan data memeriksa kesinambungan data dan meneliti kelengkapan jawaban.
2.  Koding.
Untuk memudahkan pengolahan data, semua jawaban perlu disederhanakan dengan cara memberikan simbol-simbol tertentu pada setiap jawaban.
3.  Tabulasi.
Setelah data terkumpul dan tersusun, selanjutnya data di-  kelompokkan dalam satu tabel menurut sifat-sifat pengelompokan- nya atau sesuai peneliti.
4.  Penetapan Skor
Setelah data terkumpul dan kelegkapannya diperiksa, kemudian dilakukan tabulasi yang diperoleh dari pengisisan kuesioner oleh responden.
F.  Analisa data
Melakukan analisa dan interprestasi data sesuai perhitungan dari variabel untuk mengetahui pola makan terhadap kejadian obesitas pada masyarakat. Analisa yang digunakan yang dibantu dengan komputerisasi.
G. Etika penelitian.
Etika penelitian bertujuan untuk melinungi hak-hak dengan menjamin keberhasilan identitas responen dan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap kerahasiaan responden sebelum pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan meliputi :
1.  Informasi consents
Lembar persetujuan untuk diberikan  kepada responden yang akan diteliti harus memenuhi kriteria inskluasi disertai judul penelitian serta manfaat dari penelitian.
2.  Anomity
Untuk menjaga kerahasian data responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responen tapi lembar tersebut diberi kode.
3.  Confidentiality ( kerahasiaan )
Kerahasiaan informasi dari responen dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti.

4 comments:

Unknown said...

Kak saya mau bertanya
Alasan kakak mengambil judul seperti ini apa?

Mailjie88 said...

kalau di tanya alasan maka, itu dikembalikan ke personal masing masing orang.
tapi bagi saya kalau ditanya mengenai hal tsb maka:
1. saya mampu dan paham masalah dan solusi agar penelitian ini bisa selesai
2. waktu, tenaga/pikiran, biaya dll sanggup untuk kita ketika melakukan penelitian tsb
3. cari judul/permaslahan yang mudah yang penting bisa cepat lulus,, hahaha
4. referensi yang mendukung mudah didapatkan (data, informasi, buku dll)
5. direstui ortu, dosen dll..

intinya pertimbangkan matang matang,,, karena bisa saya judul yang kamu pilih maka akan menghambat kelulusanmu,,, karena keren itu belum tentu baik,,, hehehe

Anonymous said...

kalau boleh tahu Kakak dari universitas apa, soalnya mau jadiin referensi daftar pustaka?

Mailjie88 said...

dari universitas UNHAS