Bismillah..
Sobat Mailjie88 dimana pun kalian berada, smoga kalian baik baik saja yaa,,
pada kesempatan kali ini kami akan membagikan sebuah tulisan tentang tugas Membuat contoh proposal penelitian yang pernah kami buat...
CONTOH PROPOSAL PENELITIAN DENGAN JUDUL : “ Gambaran pola makan terhadap kejadian obesitas pada masyarakat di Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba pada Tahun 2014 “selamat membaca semoga bermanfaat yaa...
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Setiap orang memerlukan sejumlah
lemak tubuh yang mempunyai fungsi sebagai energi, sebagai penyekat panas,
penyerap goncangan dan fungsi lainnya.Rata- rata wanita memiliki lemak tubuh
yang lebih banyak dibandingkan pria.Perbandingan normal antara lemak tubuh dengan
berat badan adalah sekitar 25- 30 % pada wanita dan 18-23 % pada pria. Wanita dengan
lemak tubuh lebih dari 30 % dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25 %
dianggap mengalami obesitas (Proverawati, 2010 ).
Masalah overweight dan obesitas meningkat dengan cepat dI berbagai belahan dunia
menuju proporsi epidemik. Hal
tersebut disebabkan peningkatan diet yang tinggi lemak dan gula, disertai penurunan aktivitas fisik. di Negara maju, obesitas telah menjadi epidemik dengan memberikan kontribusi sebesar 35 %
terhadap angka kesakitan dan memberikan kontribusi sebesar 15-20 %
terhadap kematian. Berbagai laporan
terkini mengindikasikan bahwa
prevalensi obesitas diseluruh dunia baik di Negara berkembang maupun Negara yang sedang
berkembang telah meningkat dalam
jumlah yang mengkhawatirkan. Hal tersebut dapat
mengakibatkan masalah kesehatan yang
serius karena obesitas dapat memicu
kelainan kariovaskuler, ginjal, metabolic, prototombik, dan respon inflamasi (Arundhana,
2010 )
Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di dunia,
bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas sudah
merupakan epidemi global, sehingga
obesitas sudah menjadi masalah
kesehatan yang harus segera ditangani
( Hidayati, dkk 2006 ).
Kegemukan adalah salah satu
dari penyebab kematian yang
dapat dicegah utama di
dunia. Data prevalensi obesitasi Amerika Serikat menunjukkan bahwa 50 % orang
dewasa dan 25 % anak-anak AS menderita berat badan lebih dan obesitas menggunakan
patokan BMI ≥30, presentase yang sangat tinggi menyebabkan epidemic penyakit kronis.
Apabila percepatan penyakit obesitas berlanjut seperti sekarang kemungkinan sebagian besar populasi di
Amerika Serikat menderita obesitas ( Soegih, 2009 hal 2 ).
Himpunan
studi obesitas indonesia memeriksa lebih dari 6000 orang dari hampir seluruh
provinsi dan didapatkan angka obesitas dengan Indeks Massa Tubuh ( IMT ) >
30 kg/m2 pada laki-laki sebesar 9,16% dan pada perempuan 11,02 %. Apabila tren
ini berjalan terus seperti sekarang ini, maka pada tahun 2015 tidak mustahil
penduduk Indonesia akan menyandang gelar “ obesogenik “ terutama dinegara urban
(Soegih. 2009 )
Perubahan
gaya hidup yang menjurus ke westernisasi dan pola hidup kurang gerak (
sedentary life styles ) sering ditemukan di kota-kota besar di Indonesia. Hal
ini mengakibatkan terjadinya perubahan pola makan masyarakat yang merujuk pada
pola makan tinggi kalori, lemak, dan kolesterol, terutama makanan siap saji (
fast food ) yang berdampak meningkatkan obesitas ( Hidayati, dkk 2006 ).
Di
provinsi Sulawesi Selatan, Bulukumba (20,9 % ) merupakan urutan ke enam
terbesar kabupaten setelah Pinrang ( 22,5 % ), Selayar ( 21,2 % ), Luwu Timur (
20,4 % ) dan Jeneponto ( 22,5 % ) Serta kota Makassar ( 23,8 % ) dan kota Pare-pare ( 23,9 % ) yang
memiliki prevalensi obesitas umum
tertinggi dari angka nasional ( 18,8 % ) ( Riskendes, 2007 ) . Dari hasil sensus penduduk tahun 2013
menunjukkan bahwa kecamatan Bonto bahari memiliki 36.877 jumlah jiwa penduduk
baik laki-laki maupun perempuan. Dan menurut pengamatan bahwa angka kegemukan di
kecamatan Bonto Bahari mencapai 5 % . Dimana penghasilan di Bonto Bahari lebih dominan
adalah pertaniaan ( 40 % ), dibanding nelayan ( 30 % ) dan pengusaha/PNS ( 30 %
) dan makanan pokok daerah sana adalah beras ( Profil Data Riset kecamatan
Bonto Bahari, 2014 ).
Berdasarkan hasil penelitian observasi dan wawancara pada salah
satu warga penderita obesitas di kecamatan bonto bahari kabupaten bulukumba
yaitu Ny “ H ” mengatakan bahwa dia merasa menderita dan tidak nyaman dengan
kondisinya saat ini, geraknya lamban dan tidak gesit, sedangkan kehidupan
sekarang yang sudah modern menuntut serba cepat.
Berdasarkan uraian diatas,
maka perlu dilakukan penelitian
tentang “ gambaran pola makan terhadap kejadian
obesitas pada masyarakat di Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten
Bulukumba pada Tahun 2014 “.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan
uraian latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana gambaran pola makan terhadap kejadian obesitas pada masyarakat
di kecamatan bonto bahari kabupaten bulukumba ?
C. Tujuan Penelitian.
1. Tujuan umum.
Untuk
mengetahui gambaran pola makan terhadap kejadian obesitas ?
2. Tujuan khusus.
a. Untuk mengetahui hubungan frekuensi makan dengan kejadian
obesitas ?
b. Untuk mengetahui hubungan jenis makanan dengan kejadian obesitas
?
c. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan makan dengan kejadian
obesitas ?
D. Manfaat Penelitian.
1. Bagi Ilmiah.
Hasil
peneliti diharapkan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan merupakan bahan
acuan dan bacaan bagi peneliti berikutnya.
2. Bagi institusi.
Sebagai
bahan masukan atau sumber informasi bagi depkes dan institusi terkait lainnya
dalam rangka menentukan kebijaksanaan untuk mencegah dan penanganan obesitas
pada masyarakat.
3. Bagi peneliti.
Merupakan
pengalam yang berharga bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu dan menambahkan
wawasan mengenai obesitas pada masyarakat.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Tinjauan Umum Tentang Obesitas.
1.
Pengertian Obesitas
Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk (
obese ) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose secara berlebihan. Jadi
obesitas adalah keadaan dimana seseorang memiliki berat badan yang lebih berat
dibandingkan berat badan idealnya yang disebabkan terjadinya penumpukan lemak
tubuhnya. Sedangkan berat badan berlebih ( overweight ) adalah kelebihan berat
badan termasuk dialamnya otot, tulang, lemak, dan air (Proverawati, 2010 )
Obesitas adalah
kondisi kronis di mana terdapat jumlah lemak tubuh berlebihan. Sejumlah
tertentu lemak tubuh diperlukan untuk menyimpan energi, menginsulasi panas,
meredam goncangan, dan fungsi lainnya. Jumlah normal lemak tubuh (dinyatakan
sebagai persentase persentase lemak tubuh) adalah antara 25% -30% pada wanita
dan 18% -23% pada pria. Wanita dan pria yang memiliki lemak tubuh masing-masing
lebih dari 30% dan 25% dianggap mengalami obesitas ( Kamus kesehatan obesitas,
2014 )
obesitas merupakan dampak ketidakseimbangan energi asupan jauh melampaui energi dalam jangka
waktu tertentu. Banyak sekali faktor yang menunjang kelebihan ini. Namun, dapat disederhanakan
menjadi dua hal, yaitu : Terlalu banyak makan dan dibarengi terlalu sedikit bergerak. Diet
kini makin terbukti sebagai kontributor utama obesitas pada khususnya dan
gangguan kesehatan menahun pada umumnya (
Arisman, 2011 ).
Terdapat beberapa istilah yang perlu diketahui, yaitu obesitas,
overweight, dan obesitas sentral. Obesitas adalah peningkatan lemak tubuh (
body fat ). Cara pengukurannya akan diterangkan kemudian. Overweight adalah
peningkatan berat badan relative apabila dibandingkan terhadap standar.
Overweight kemudian menjadi istilah yang mewakili “ obesitas “ baik secara
klinis ataupun epivemologis. Sedangkan obesitas sentral adalah peningkatan
lemak tubuh yang lokasinya lebih banyak didaerah abdominal dari pada diaerah
pinggul, paha, ataupun lengan. Penentuan abdominal obesitas sentral ini penting
karena berhubungan dengan adanya resistensi insulin yang merupakan dasar
terjainya sindrom metabolic.
Obesitas penyebabnya multifaktorial, dan berbagai penemuan
terbaru yang berkaitan dengan penyebab obesitas menyebabkan pathogenesis
obesitas terus berkembang. Terjadinya obesitas secara umum berkaitan dengan
keseimbangan energi di dalam tubuh. Keseimbangan energy ditentukan oleh asupan
energi yang berasal dari zat gizi penghasil energi yaitu karbohirat, lemak,
protein serta kebutuhan energy yang ditentukan oleh kebutuhan energi basal,
aktifitas fisik, dan thermic effect of food ( TEF ) yaitu energy yang
diperlukan untuk mengolah zat gizi menjadi energy.
Obesitas bukan hanya tidak
enak dipandang mata, namun merupakan dilema kesehatan yang mengerikan. Obesitas
secara langsung membahayakan kesehatan seseorang ( Proverawati, 2010 ). Obesitas merupakan faktor risiko
untuk terjadinya berbagai penyakit seperti diabetes Melitus ( dM ), batu
empedu, penyakit kardiovaskuler ( PKV ),
hipertensi, osteoarthritis, dan kanker. Tingginya prevalensi obesitas akan
berkaitan dengan tingginya resiko untuk mendapatkan berbagai penyakit tersebut.
(Nugraha, dkk. 2009 ) .
2.
Gejala Obesitas.
Obesitas umumnya akan menunjukkan sejumlah gejala gangguan. Oleh
timbunan lemak yang sering terjadi adalah gangguan sesak nafas. Hal ini umumnya
disebabkan oleh timbunan lemak berlebihan dibawah diafragma dan didalam dinding
dada yang bias menekan paru-paru. Gangguan sesak nafas bahkan terjadi meski
penderita hanya melakukan aktivitas ringan.
Gangguan
pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan
untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering
merasa ngantuk. Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk
nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul,
lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan
kulit.
Seseorang
yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit
dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang
secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan
edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan
pergelangan kaki ( Ivanto, 2010 )
obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu :
a.
Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40 %.
b.
Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100 %.
c.
Obesitas berat : kelebihan berat badan > 100 %.
Obesitas
berat ditemukan sebanyak 5 % dari antara orang-orang yang gemuk.
3.
Pencegahan obesitas.
Untuk
penanganan kegemukan berbeda-beda oleh setiap orang. Adapun beberapa
penanganan program pengendalian berat badan adalah sebagai berikut :
a. Monitor
diri sendiri
Tanamkan
dalam diri untuk selalu hidup sehat dan makan sesuai kebutuhan tubuh secara
teratur.
b. Modifikasi
perilaku untuk mempromosikan penurunan atau mempertahankan berat badan.
c. Biasakan makan dengan gizi yang seimbang
d. Perlunya
pendidikan tentang pola makan sehat.
Dasar
untuk membiasakan pola makan dengan gizi
seimbang adalah pendidikan. Nilai pendidikan ini ialah mengubah paradigma dan
budaya makan yang semula tidak sehat menuju pola dan budaya makan yang sehat ( Hidayah,
2011 ) .
e.
Hindari banyak makan makanan yang tinggi
lemak.
f.
Olahraga secara teratur sehingga lemak dalam tubuh terbakar yang keluar bersama
keringat.
4.
Pengukuran Obesitas.
Untuk mengetahui adanya obesitas, ada beberapa cara yang dilakukan
untuk menilai berat badan yaitu sebagai berikut :
a. Standar Harvard
Standar Harvard atau baku Harvard merupakan standar yang dibuat
berdasarkan perhitungan yang sangat sulit yang sangat teliti sehingga diperoleh
beberapa kategori berat badan seperti sehat, ideal, maupun gemuk sehat.
b. Standar Metropolitan Life Insurance Company.
Standar ini dilakukan untuk mengetahui berat badan sehat dalam
menentukan status gizi dan kesehatan. Standar ini dapat dipakai untuk
mengetahui berat badan ideal orang dewasa diatas 25 tahun, baik pria maupun
pria. Seseorang dikatakan gemuk bila berat badannya lebih dari 10 % berat badan
maksimal ( angka terbesar ).
c. Pengukuran Lipatan lemak bawah kulit.
Metode pengukuran lipatan lemak bawah kulit memerlukan
keterampilan dan alat ukur khusus sehingga hal ini biasanya dilakukan oleh
seorang ahli. Penilaian kegemukan dilakukan dengaan cara mengukur ketebalan
lemak dibawah kulit yang terletak dibagian belakang lengan atas ( triceps ). Dikatakan
kegemukan bila ketebalan lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita.
d. Indeks Massa Tubuh ( IMT ).
IMT atau BMT ( body Massa Indeks ) merupakan suatu pengukuran dengan
menghubungkan atau membandingkan antara berat badan dengan tinggi badan ( Proverawati,
2010 ).
Indeks Massa Tubuh ( kg/m²) didapatkan dengan cara sebagai
berikut :
IMT ( Indeks Massa Tubuh ) =
Dibawah ini tabel klasifikasi berat badan
berdasarkan Indeks Massa Tubuh ( IMT ) untuk orang dewasa :
KLASIFIKASI
|
IMT (
kg/m² )
|
Berat badan kurang
|
< 18,5
|
Berat badan normal
|
18,50-22,9
|
Berat badan lebih
|
≥ 23
|
Beresiko ( pra obese )
|
23 – 24,9
|
Obese I
|
25 – 29,9
|
Obese II
|
≥ 30
|
( Fitriyani, 2009 ).
e.
Pengukuran Lingkar Perut.
Pengukuran lingkar perut paling tepat untuk menetukan obesitas
sentral. Pinggang diukur pada titik tersempit, sedangkan pinggul diukur pada
titik yang terlebar. Kemudian, ukuran pinggang dibagi dengan ukuran pinggul.
Gemuk pada pria pada umumnya seperti apel ( android ). Lemak
banyak disimpan didaerah pinggang dan rongga perut. Sedangkan wanita menyerupai
buah pir ( gynecoid ), dimana penumpukan lemak terjadi didaerah bawah tubuh,
seperti pinggul, pantat, dan paha.
Gemuk yang berbentuk apel lebih berbahaya dibandingkan gemuk
yang berbentuk pir. Yang berbahaya adalah timbunan lemak di dalam rongga perut,
yang disebut obesitas sentral. Obesitas sentral lebih sering dikaitkan dengan
komplikasi metabolic dan pembuluh darah ( kardiavaskuler ), sehingga Nampak pengukuran
lingkar pinggang lebih member arti dibandingkan bila menggunakan indeks massa
tubuh ( IMT ). Adanya timbunan lemak di perut tercermin dari meningkatnya
lingkar perut ( Proverawati, 2010 ).
B.
Tinjauan
Umum Tentang Pola Makan Terhadap Kejadian Obesitas.
Terjadinya obesitas merupakan dampak dari terjadinya kelebihan
asupan energy ( energy intake ) dibandingkan dengan yang diperlukan ( energy
expenditure ) oleh tubuh sehingga kelebihan asupan energy tersebut disimpan dalam
bentuk lemak. Makanan merupakan sumber dari asupan energy. Di dalam makanan
yang akan diubah menjadi energy adalah zat gizi penghasil energy yaitu karbohidrat,
protein, dan lemak. Apabila asupan karbohidrat, protein, dan lemak berlebih,
makan karbohidrat akan disimpan sebagai glikogen dalam jumlah terbatas dan
sisanya lemak., protein akan dibentuk sebagai protein tubuh dan sisanya lemak,
sedangkan lemak akan disimpan sebagai lemak. Tubuh memiliki kemampuan menyimpan
lemak yang tidak terbatas.
Factor-faktor yang berpengaruh dari asupan makanan terhadap
terjadinya obesitas adalah kuantitas,
porsi perkali makan, kepadatan energy dari makanan yang dimakan, kebiasaan
makan ( contohnya kebiasaan makan pada
malam hari ), frekuensi makan, dan jenis makanan ( Nugraha, 2009 )
Obesitas terjadi disebabkan banyak faktor. Faktor utamanya
adalah ketiakseimbangan asupan energy dengan keluarnya energi. Di Indonesia, akibat dari perkembangan teknologi
dan social ekonomi terjadi perubahan pola makan dari pola tradisional ke pola
makan ala barat seperti fast food yang banyak mengandung lemak, kalori, dan
karbohirat.
Berasarkan data market size beberapa sector industri di
indonesia ( SWA 01/ 111/FEBRUARI 2008 ) pada tahun 2008 pertumbuhan industri
makanan di indonesia mencapai 19,4 % hal ini mengindikasikan bahwa konsumen makanan fast food semakin
meningkat setiap tahunnya. Dari data survey ACNielsen online customer tahun 2007 mendapatkan hasil bahwa 28 %
masyarakat indonesia mengkonsumsi fast food minimal satu kali seminggu 33 %
diantaranya mengkonsumsi saat makan siang.
Tidak mengherankan jika Indonesia menjai Negara ke 10 yang paling banyak
masyarakatnya mengkonsumsi makanan fast food ( Dwi A, 2012 )
Pola makan
terdiri atas :
1. Frekuensi makan
Ukuran atau porsi makan yang terlalu berlebihan juga dapat
memiliki banyak kalori dalam jumlah banyak dibandingkan dengan apa yang
dianjurkan untuk orang normal untuk konsumsi sehari-harinya. ( Proverawati,
2010).
Pola makan yang tidak terkendali biasa menyebabkan lambung,
usus, dan system percernaan setiap saat berada dalam kondisi tegang. Selain
itu, berbagai macam organ tubuh pun menjadi sulit dirawat atau bahkan tidak
terawat karena kelebihan beban dan muatan. Makanan yang berlebihan inilah yang
akan merusak tubuh dan otak.
Hasil penelitian ilmu gizi menemukan bahwa setelah makan
berlebih, zat yang disebut “ factor pertumbuhan tunas sel serat “dalam otak
akan bertambah banyak. Jika makan berlebihan berlangsung lama, pasti dapat
menyebabkan arteriosclerosis ( pergeseran pembuluh nadi ), serta muncul gejala
penurunan inteligensi dan penuaan dini pada otak. Selain itu, kekenyangan dalam
jangka lama juga bias menimbulkan penyakit lambung ( Hidayah, 2011 )
Jumlah atau porsi merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan
yang dikonsumsi setiap kali makan. Dalam mengkonsumsi makanan haruslah seimbang
dengan kebutuhan remaja/dewasa yang di sesuaikan dengan umur. Frekuensi yang
telah di standarkan oleh Depkes dimana anjurkan makan satu hari untuk rata-rata
remaja/dewasa secara umum orang Indonesia dengan energy 2550 kkl dan protein 60
bagi laki-laki dan bagi perempuan energy 1900 dan proteinnya 50 ( Budi, 2012 )
2. Jenis makanan
Banyak opini yang berkembang di masyarakat mengenai keyakinan
yang dianut dalam pemilihan jenis makanan seperti asumsi bahwa nasi
menggemukkan sehingga menghindari makan utama tapi memilih lebih banyak makan
makanan kecil karena rasanya enak, padahal sebagian besar makanan kecil
tersebut umumnya tinggi kandungan lemak atau karbohidrat sederhana dan
mempunyai densitas energy yang tinggi sehingga jumlah kalori yang masuk dapat
lebih besar, dengan kandungan protein dan serat yang rendah (Fatimah, 2009 ).
Pemilihan makanan juga penting diperhatikan, makanan dan minuman
yang meningkatkan selera umumnya memiliki densitas energi cukup tinggi, seperti
makanan selingan yang dianggap sebagian orang bukan makan dan tidak diperhitungkan
member sumbangan besar terhadap kegagalan program diet. Pemilihan makanan
selingan yang rendah kalori dan tinggi serat akan membantu mengendalikan selera
makan, mengontrol respon radikal bebas yang umumnya diproduksi lebih tinggi
akibat pembakaran energy. Kedisiplinan makan pada makanan utama hendaknya tidak
dilakukan secara drastic, tetapi penurunan energy bertahap (Fatimah, 2009 ).
Makanan cepat saji cenderung mengandung sedikit serat, tetapi
tinggi gula, sehingga kadar gula darah akan naik dengan cepat ( Proverawati,
2010 ). Pada umunya, ketika makan, sebagian orang hanya mementingkan rasa
makanan dan tidak memperhatikan keseimbangan gizinya. Akibatnya , makanan yang
dikonsumsi menyebabkan berbagai penyakit
Menururut Teo dan Im ( 2009 ), tidak semua makanan yang baik itu
cocok bagi semua orang. Sebab, hal ini tergantung pada keadaan jasmani
seseorang.mengenai itu, perlu diketahui, system darah tidaklah statis dan mudah
berubah-ubah dari hari ke hari tergantung jenis makanan yang dikonsumsi.
3. Kebiasaan Makan
Penderita obesitas cenderung lebih responsive bila dibandingkan
dengan orang yang berat badannya normal, terhadap isyarat lapar eksternal,
seperti rasa dan bau makanan, atau waktunya untuk makan. Penderita obesitas
cenderung makan bila ia merasa ingin makan, bukan pada saat ia lapar. Pola
makan berlebih akan menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari kondisi
kegemukan atau obesitas, hal ini disebabkan mereka tidak memiliki control diri
dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan mereka.
Obesitas terjadi karena ketiakseimbangan antara jumlah makanan
yang masuk dan keluar, serta kurang mengoptimalkan energi yang tersedia. Pola
makan makanan cepat saji juga dapat mempercepat tingkat obesitas. Penelitian
membuktikan bahwa orang yang makan direstoran cepat saji secara teratur atau
lebih dari dua kali dalam satu minggu memiliki perbedaan bermakna antara empat
sampai lima kilogram berat badannya bila dibandingkan dengan orang-orang yang
tidak makan di restoran cepat saji.
Makanan
cepat saji seperti burger, ayam goreng, dan kentang goreng dapat menyebabkan
kegemukan atau obesitas secara cepat, hal ini disebabkan jenis-jenis makanan
tersebut mengandung tinggi lemak, garam, dan juga kalori secara keseluruhan ( Proverawati,
2010)
Ada dua pola makan
abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat
banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). .
Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat
banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa
yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak.
Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi
hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam
hari. . Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab
utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang
makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang
yang cenderung mengonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas
fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas ( Taufan, 2012 ).
C.
KERANGKA KONSEP
Obesitas di Indonesia sudah mulai dirasakan sebagai masalah
nasional dengan semakin tinggi angka kejadiannya. Hal ini secara sederhana
terjadi karena konsumsi energy yang berlebihan an tidak disertai dengan
aktivitas fisik yang seimbang, sehingga terjadi kelebihan kalori yang disimpan
sebagai cadangan lemak dan jaringan adipose. ( www.obesitas.web.id.com ).
Penyebab lainnya adalah gaya hidup dan konsumsi makanan ( kebiasaan makan ). Selain itu variabel yang menjadi gambaran pola makan terhadap
kejadian obesitas yang terkait
adalah frekuensi makan, jenis makanan,
dan kebiasaan makan.
Adapun gambaran kerangka konsep penelitian dapat dilihat pada
bagan berikut ini :
Variable Independen variabel dependen
D. HIPOTESIS.
Dari
kerangka konsep penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai
berikut :
1. Ada hubungan frekuensi makan dengan kejadian obesitas pada
perempuan dan laki-laki.
2. Ada hubungan jenis makanan vengan kejadian obesitas pada
perempuan dan laki-laki.
3. Ada hubungan kebiasaan makan dengan kejadian obesitas.
E.
Definisi Operasional.
Untuk
memudahkan dalam menganalisis masing-masing variabel, maka perlu dilakukan
defenisi operasional variabel independen yaitu :
1. Obesitas.
Terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan pada responden yang
dinilai dengan indikator berat badan dan tinggi badan berdasarkan Indeks Massa
Tubuh ( IMT ).
Kriteria objektif :
Ya : Jika indeks massa tubuh ≥ 25
Tidak : Jika indeks massa tubuh < 25
2. Pola makan.
Pola makan dalam penelitian ini adalah jenis ( kelompok makanan
), kebiasaan makan, dan frekuensi makanan yang dikonsumsi oleh responden setiap
hari yaitu makanan yang mengandung lemak tinggi, pengawet, penyedap, dan
kolesterol.
Kriteria objektif :
Ya : Jika pola makan tidak teratur
Tidak : Jika pola makan teratur.
3. Frekuensi makan
Ukuran (jumlah makan ) atau porsi makan yang dikonsumsi sehari-hari
oleh responden.jumlah waktu makan dalam sehari, meliputi makanan lengkap
( full meat) dan makanan selingan (snack). Makanan lengkap biasanya
diberikan tiga kali sehari (makan pagi, makan siang dan makan malam),sedangkan makanan selingan biasa diberikan
antara makan pagi dan makan siang, antara makan siang dan makan malam ataupun
setelah makan malam. Frekuensi makan di suatu institusi berkisar antara tiga
hingga enam kali sehari tergantung dari biayaan tenaga kerja yang
tersedia. Waktu makan terdiri dari makan pagi, selingan pagi, makan siang,
selingan, makan malam serta selingan malam.
Kriteria objektif :
Ya : jika frekuensi makan banyak ( > 3 kali sehari ).
Tidak : jika frekuensi makan sedikit ( < 3
kali sehari ).
4. Jenis makanan
pengkategorian makanan berdasarkan pada hitungan kalori, waktu makan dan cara pengolahan (masak).
Makanan terbagi atas 2 jenis yaitu makanan ringan yaitu makanan yang dimakan
sebagai selingan dan makan utama yang memenuhi kebutuhan kalori tubuh
sehari-hari. Makanan ringan atau snack adalah makanan yang dikonsumsi untuk
selingan di sela-sela makan utama. Makanan utama terdiri dari makanan pokok,
lauk-pauk hewani dan nabati, sayur dan buah, dan minuman. Sedangkan makanan
ringan atau snack terdiri dari snack basah dan snak kering maupun yang berkuah.
Kriteria objektif :
Ya : jika jenis makanan mengandung
lemak tinggi dan sering makan makanan ringan / selingan ( snack ).
Tidak : jika jenis
makanan tidak mengandung lemak tinggi dan tidak sering makan makanan ringan /
selingan ( snack ).
5. Kebiasaan makan.
Kebiasaan yang dilakukan oleh responden pada saat makan.
Kebiasaan makan lebih personal dan terbentuk berdasarkan selera dan
ketersediaan makanan di tingkat rumah tangga.
Kriteria
Objektif :
Ya : Jika kebiasaan makan tidak teratur.
Tidak : Jika kebiasaan makan teratur.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan ialah observasional dengan
rancangan deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pola makan dengan
kejadian obesitas pada masyarakat di kecamatan bonto bahari kabupaten bulukumba
pada tahun 2014.
B.
Waktu dan tempat penelitian
1. Waktu.
Penelitian
dilakukan pada bulan mei sampai dengan juni 2104.
2. Tempat penelitian.
Penelitilian ini dilakukan di kecamatan Bonto Bahari Kabupaten
Bulukumba.
C.
Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah warga yang obesitas di
kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah warga yang obesitas di
kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba. Jumlah sampel pada penelitian ini
adalah 30 orang dengan menggunakan purposive
sampling, yaitu dengan memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki
peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang
dikenal sebelumnya. Adapun kriteria sampel penelitian sebagai berikut :
a. Kriteria
inskluasi
1).
warga yang bersedia untuk diteliti.
2).
warga yang dapat diajak berkomunikasi.
3).
warga yang sehat jasmani dan rohani.
b. Kriteria
eksklusi
1).
warga yang tidak bersedia untuk diteliti.
2).
warga yang tidak dapat diajak berkomunikasi.
3).
warga yang tidak sehat jasmani dan rohani.
3. cara pengambilan sampel.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yakni dengan cara keseluruhan tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi.
D.
Pengumpulan data
1. Cara pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pemberian kuesioner yang
dibuat oleh peneliti.
2. Instrument pengumpulan data
Instrument adalah alat pengukur data yang digunakan penelitian.
Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian kuesioner skala guttman yang ada pada kuesioner peneliti, yakni skala
pengukuran dengan jawaban ya atau tidak.
3. Jenis dan sumber data.
a. Data Primer
Adalah data-data yang diperoleh langsung dari masyarakat yang
mengalami obesitas dengan menggunakan lembar kuesioner yang telah disiapkan
oleh peneliti.
b. Data Sekunder.
Data yang diperoleh dari dokumen-dokumen seperti buku,
catatan-catatan yang sifatnya tertulis yang dapat menunjang proses penelitian
yang diperoleh dari bagian yang terkait dengan penelitian.
E.
Pengolahan data
Prosedur pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti adalah
sebagai berikut :
1. Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa kelengkapan data memeriksa
kesinambungan data dan meneliti kelengkapan jawaban.
2. Koding.
Untuk memudahkan pengolahan data, semua jawaban perlu
disederhanakan dengan cara memberikan simbol-simbol tertentu pada setiap
jawaban.
3. Tabulasi.
Setelah data terkumpul dan tersusun, selanjutnya data di- kelompokkan dalam satu tabel menurut
sifat-sifat pengelompokan- nya atau sesuai peneliti.
4. Penetapan Skor
Setelah data terkumpul dan kelegkapannya diperiksa, kemudian
dilakukan tabulasi yang diperoleh dari pengisisan kuesioner oleh responden.
F.
Analisa data
Melakukan analisa dan interprestasi data sesuai perhitungan dari
variabel untuk mengetahui pola makan terhadap kejadian obesitas pada
masyarakat. Analisa yang digunakan yang dibantu dengan komputerisasi.
G.
Etika penelitian.
Etika penelitian bertujuan untuk melinungi hak-hak dengan
menjamin keberhasilan identitas responen dan kemungkinan terjadinya ancaman
terhadap kerahasiaan responden sebelum pelaksanaan penelitian yang akan
dilakukan meliputi :
1. Informasi consents
Lembar persetujuan untuk diberikan kepada responden yang akan diteliti harus
memenuhi kriteria inskluasi disertai judul penelitian serta manfaat dari
penelitian.
2. Anomity
Untuk menjaga kerahasian data responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responen tapi lembar tersebut diberi kode.
3. Confidentiality ( kerahasiaan )
Kerahasiaan informasi dari responen dijamin oleh peneliti dan
hanya kelompok tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti.
4 comments:
Kak saya mau bertanya
Alasan kakak mengambil judul seperti ini apa?
kalau di tanya alasan maka, itu dikembalikan ke personal masing masing orang.
tapi bagi saya kalau ditanya mengenai hal tsb maka:
1. saya mampu dan paham masalah dan solusi agar penelitian ini bisa selesai
2. waktu, tenaga/pikiran, biaya dll sanggup untuk kita ketika melakukan penelitian tsb
3. cari judul/permaslahan yang mudah yang penting bisa cepat lulus,, hahaha
4. referensi yang mendukung mudah didapatkan (data, informasi, buku dll)
5. direstui ortu, dosen dll..
intinya pertimbangkan matang matang,,, karena bisa saya judul yang kamu pilih maka akan menghambat kelulusanmu,,, karena keren itu belum tentu baik,,, hehehe
kalau boleh tahu Kakak dari universitas apa, soalnya mau jadiin referensi daftar pustaka?
dari universitas UNHAS
Post a Comment