Wednesday 30 September 2020

Materi Pembelajaran Akuntansi Keuangan Kelas XII (12) BAB 2 : Akuntansi Penjualan Konsinyasi (Poin A || Penjualan Konsinyasi) SMK Mapel Produktif KI-KD 2018

 

Bismillahirrahmanirrahim…

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Pada kesempatan ini kami akan membagikan sedikit materi pembelajaran tentang "Materi Pembelajaran Akuntansi Keuangan BAB 2 : Akuntansi Penjualan Konsinyasi (Poin A || Penjualan Konsinyasi) Kelas XII (12) SMK Mapel Produktif KI-KD 2018"

selamat membaca...

Tujuan Pembelajaran:

Setelah  mempelajari  kegiatan  belajar ini,  Anda  diharapkan mampu:

1.     Mendefinisikan  pengertian  konsinyasi.

2.     Mengidentifikasi  karakteristik  dan kriteria  penjualan  konsinyasi.

3.     Menjelaskan  kriteria  penjualan konsinyasi.

4.     Menjelaskan  prinsip penjualan konsinyasi.

5.     Menjelaskan  perjanjian penjualan  konsinyasi.

6.     Menjelaskan  hak dan kewajiban  konsinyasi.

7.     Menjelaskan keuntungan penjulan konsinyasi bagi  pengamanat (consignor)

8.     Menjelaskan  keuntungan  penjualan  konsinyasi  bagi  komisioner.

Apersepsi 

Praktik penjualan titipan (konsinyasi) merupakan salah satu skema bisnis yang memiliki kelebihan tersendiri.  Konsinyasi  merupakan suatu  perjanjian  di  mana  salah  satu pihak yang memiliki  barang menyerahkan sejumlah  barang kepada  pihak tertentu untuk  dijualkan dengan harga dan syarat  yang diatur  dalam perjanjian.  Pihak  yang menyerahkan barang (pemilik)  disebut  pengamanat (consignor),  sedangkan  pihak yang  menerima barang  konsinyasi  disebut  komisioner  (consignee).   Dalam  bab ini akan  dibahas  mengenai  penjualan konsinyasi,  akuntansi  penjualan konsinyasi  pada komisioner,  akuntansi  penjualan  konsinyasi oleh pengamanat, dan masalah yang timbul dalam penjualan konsinyasi.

1.      Pengertian  Penjualan  Konsinyasi

Konsinyasi  (consignment)  adalah  penyerahan   barang   dari pihak pemilik  ke pihak  lain yang bertindak sebagai agen  penjual, disertai amanat untuk dijual dengan upah berupa komisi, tanpa disertai  pemindahan  hak milik.  Konsinyasi  merupakan  penjualan dengan cara pemilik  menitipkan  barang  kepada pihak  lain  untuk dijualkan dengan harga dan syarat yang telah diatur dalam per)an]tan.

a.     Pengertian penjualan konsinyasi menurut beberapa ahli

1)    Halim  (2015:  65):  Penjualan  konsinyasi  adalah   penjualan dengan perjanjian, di mana pihak pemilik  barang (consignor) menyerahkan barangnya kepada pihak lain, yaitu komisioner (consignee) untuk dijual kepada pihak luar dan pihak consignee mendapatkan sejumlah  komisi dari  pihak consignor.

2)    Yunus  dan  Harnanto  (2013:141 )  Konsinyasi  adalah  suatu perjanjian di mana salah satu pihak yang memiliki barang menyerahkan  sejumlah  barang  tertentu  kepada  pihak   lain untuk  dijualkan  dengan  imbalan  komisi  (tertentu).

3)    Maria (2011:  16):  Konsinyasi adalah keadaan di mana  pihak yang  memiliki  barang  menitipkan  barangnya  kepada  pihak lain  untuk  dijualkan  dengan  perjanjian  tertentu.

4)     Aliminsyah  dan Padji  (2008:77):  Konsinyasi  adalah  barang-barang yang dikirim  untuk dititipkan kepada pihak lain dalam rangka  penjualan  di  masa  mendatang  atau  untuk  tujuan lain,  dan  hak  atas  barang   tersebut  tetap  melekat  pada pihak pengirim (consignor). Penerima titipan barang tersebut selanjutnya  bertanggung jawab terhadap  penanganan  barang sesuai  kesepakatan.

5)    Yendrawati (2008:  89):  Konsinyasi adalah penjualan dengan cara pemilik menitipkan barang kepada pihak lain untuk dijualkan  dengan  harga dan syarat  yang telah  diatur  dalam perjanjian.

b.   Istilah-istilah yang bersangkutan dengan penjuaan konsinyasi

1) Pengamanat  (consignor),  yaitu  pihak  yang  memiliki  barang yang dititipkan  kepada  pihak  lain  untuk  dijualkan.

2) Komisoner  (consignee),  yaitu pihak  yang  menerima  titipan barang  dari  pengamanat  untuk  dijualkan.

3) Konsinyasi   keluar  (consignment-out), yaitu   rekening  yang digunakan oleh pengamanat  untuk   mencatat   transaksi-transaksi  yang  berhubungan  dengan  barang  yang dititipkan kepada  komisioner.

4)   Konsinyasi masuk (consignment-in), yaitu rekening yang digunakan  oleh komisoner  untuk mencatat transaksi-transaksi yang berhubungan dengan  barang-barang  milik pengamanat yang  dititipkan  kepadanya.

2.     Karakteristik  dan Kriteria  Penjualan  Konsinyasi

a.     Karakteristik  penjualan  konsinyasi

Menurut   Yunus  dan  Harnanto   (2013:142),   karakteristik transaksi  konsinyasi  adalah  sebagai  berikut:

1)   Karena hak milik atas barang-barang  masih berada pada pengamanat, barang-barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh pengamanat. Barang-barang konsinyasi  tidak  boleh  diperhitungkan  sebagai  persediaan oleh  pihak  komisioner  (consignee).

2)   Pihak pengamanat (consignor) sebagai pemilik tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas semua biaya yang berhubungan dengan barang-barang konsinyasi sejak saat pengiriman  sampai dengan saat consignee berhasil menjualnya kepada pihak ketiga,  kecuali  ditentukan  lain  dalam perjanjian di  antara  kedua  belah pihak  yang bersangkutan.

3)  Pihak penerima barang  dalam batas kemampuannya mempunyai kewajiban untuk menjaga keamanan dan keselamatan barang-barang  komisi yang diterimanya itu. Administrasi yang tertib harus diselenggarakan  sampai dengan saat ia  berhasil  menjual  barang tersebut kepada pihak ketiga.

b.     Pihak-pihak  yang terlibat  dalam penjualan konsinyasi

1) Pengamanat (consignor) adalah pihak yang menitipkan barang atau  pemilik   barang.   Pengamanat  akan  tetap  mencatat barang  yang  dititipkan  sebagai  persediaan  selama  barang yang  dititipkan  belum  terjual  atau  menunggu  laporan  dari komisioner.

2) Komisioner (consignee) adalah pihak yang menerima titipan barang.

c.      Kriteria  penjualan konsinyasi

Kriteria transaksi  penjualan konsinyasi, adalah sebagai  berikut:

1)  Dalam hal hak milik atas barang masih berada pada pengamanat, barang konsinyasi  harus  dilaporkan sebagai  persediaan  oleh pengamanat. Barang konsinyasi tidak boleh diperhitungkan sebagai  persediaan  oleh  pihak komisioner (consignee).

2)    Pengiriman barang konsinyasi tidak mengakibatkan timbulnya pendapatan dan tidak boleh dipakai  untuk mengakui timbulnya pendapatan, baik bagi pengamanat  maupun  bagi komisioner sampai dengan saat barang dapat dijual  kepada pihak  ketiga.

3.     Prinsip  Perjanjian  Konsinyasi

Perbedaan prinsip antara transaksi penjualan dan transaksi konsinyasi adalah dalam hubungannya  dengan  perpindahan  hak milik atas barang yang bersangkutan.  Pada transaksi  konsinyasi, penyerahan  barang  dari  pengamanat  kepada  consignee,  atau lazim  juga  disebut  komisioner,  tidak  diikuti  adanya  penyerahan hak milik  atas  barang yang bersangkutan. Menurut  Halim  (2015:  65),  hal-hal  yang harus  diperhatikan dalam penjualan  konsinyasi  adalah sebagai  berikut:

a.     Pada  saat  penyusunan  laporan  keuangan,  barang-barang komisi  yang ada di  consignee  tidak  boleh  diperhitungkan/ diakui  sebagai  persediaannya.

b.     Pengiriman  barang  konsinyasi  tidak  boleh  diperhitungkan/ diakui sebagai penjualan oleh pihak consignor sebelum barang tersebut  terjual  kepada pihak luar.

c.    Pada   saat   penyusunan  laporan   keuangan,   barang-barang konsinyasi yang ada di consignee harus diperhitungkan/diakui oleh pihak consignor  sebagai  persediaannya.

d.   Semua beban yang berhubungan dengan barang-barang konsinyasi/komisi sejak saat pengiriman sampai dengan terjual menjadi  tanggung  jawab  pihak consignor.

e.     Consignee dalam batas-batas tertentu wajib  memelihara dan menjaga keselamatan  barang-barang komisi yang diterimanya.

4.     Perjanjian  Penjualan  Konsinyasi

Ketentuan yang diatur dalam perjanjian meliputi: komisi penjualan, syarat pembayaran dan penyerahan barang, pengumpulan  piutang  dan  tanggung  jawab   atas  kerugian karena piutang  tak  dapat  ditagih,  serta  biaya  yang  dikeluarkan oleh komisioner dalam rangka penerimaan,  penyimpanan dan penjualan barang, penyelesaian kepada pengamanat, serta bentuk dan jangka  waktu  laporan  yang  harus  disajikan  kepada  pihak pengamanat. Menurut Ratnaningsih (2002:  163), kontrak perjanjian dalam transaksi  penjualan konsinyasi  antara  lain  berisi  mengenai:

a.     Jumlah  dan  macam barang yang sudah  dibayar oleh pihak komisioner   dan  akan   diganti  oleh   pengamanat.   Biaya yang dikeluarkan oleh komisioner dalam proses penjualan konsinyasi  akan diganti  oleh  pengamanat.

b.     Perhitungan  komisi  untuk komisioner  dihitung.  Besar  komisi yang akan diperoleh komisioner akan diperhitungkan oleh pengamanat.

c.   Waktu  pembayaran komisi.  Pihak pengamanat dan komisioner akan menentukan tanggal pembayaran komisi atas hasil penjualan  barang   konsinyasi  yang  akan  diberikan   kepada pihak  komisioner.

d.      Tanggung jawab atas penagihan  piutang dan kerugian piutang.Pihak pengamanat  dan komisioner akan menentukan tanggung jawab penagihan piutang yang biasanya akan diberikan   kepada  pihak  komisioner.   Kerugjan  atas  piutang ini  akan  ditanggung  oleh  pihak  komisioner,  dan sanksi  atas kerugian  piutang  ini  biasanya berupa  pemblokiran  barang• barang konsinyasi yang akan yang akan dikirim kepada komisioner.

e.     Syarat penjualan kepada pelanggan. Persyaratan yang diberikan  oleh pengamanat atas penjualan barang yang akan dilakukan  oleh komisioner dilakukan secara tunai  atau  kredit.

f.      Frekuensi   laporan   dan  pembayaran  kepada  pengamanat. Pengamanat dan komisioner  menentukan jangka waktu penyerahan  laporan penjualan konsinyasi serta tanggal pembayaran  atas  barang  konsinyasi  milik  pengamanat.

5.     Keuntungan  Penjualan  Konsinyasi  bagi  Pengamanat 

Menurut  Yunus  dan  Hartanto   (2013:142),   alasan  pihak pangamanat (consignor)  memilih penjualan  konsinyasi,  yaitu sebagai  berikut:

a.    Konsinyasi  merupakan  suatu  cara untuk  lebih  memperluas pasaran yang dapat dijamin oleh seorang produsen, pabrikan atau  distributor,  terutama  apabila:

1)     Barang  yang bersangkutan  merupakan produk baru dan

belum  terkenal.

2)     Penjualan   di  masa  yang   lalu   melalui  dealer  tidak menguntungkan.

3)     Harga barang menjadi  mahal dan membutuhkan investasi

yang  cukup  besar bagi  pihak  dealer  apabila  ia   harus membeli  barang yang bersangkutan.

b.     Risiko-risiko  tertentu   dapat  dihindarkan  oleh  pengamanat.

Artinya, barang konsinyasi tidak ikut disita apabila terjadi kebangkrutan pada diri consigneelkomisioner. Jadi, lain sifatnya  dengan  perjanjian  keagenan atau  dealer.

c.    Harga eceran barang-barang yang bersangkutan  tetap  dapat dikontrol oleh pangamanat,  demikian  pula terhadap jumlah barang-barang yang siap dipasarkan dan stok barang-barang tersebut.

 

Senada dengan pandangan tersebut,  menurut Ratnaningsih (2002:161),  keuntungan penjualan konsinyasi bagi pengamanat atau  consignor  adalah  sebagai  berikut:

a.     Pemasaran  produk yang lebih  luas

Komisioner biasanya tidak mau menanggung risiko untuk membeli  barang-barang tertentu,  misalnya produk yang  pat menjadi  usang atau  kuno,  tetapi  mau menerimanya dengan perjanjian konsinyasi.

b.     Pengadaan  atas  harga jual  kepada  konsumen

Bila  barang dagangan dijual  langsung  kepada komisioner, pengamanat akan mengalami  kesulitan  intuk  menentukan dan mengendalikan harga jual  barang-barang tersebut.

c.      Risiko   kerugian  yang  lebih   kecil   dalam  hal   komisioner menderita  pailit

Karena hak atas barang tetap  berada di tangan pengamanat, maka pengamanat mempunyai hak mengambil kembali semua barang yang belum terjual  dan hak untuk  menerima  hasil penjualan  barang  pada  saat  komisioner dinyatakan  pailit. Kreditur komisioner tidak mempunyai hak atas barang• barang komisi yang ada  di tangan komisioner.  Keadaan  ini berbeda kalau barang-barang tersebut dijual langsung  kepada komisioner.

 

sekian dan terimakasih..

No comments: